|
Detail Cantuman
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Judul
|
:
|
Lebih Jauh Dengan Arifin C Noer
|
Bahasa
|
:
|
ind
|
|
|
|
Abstrak
|
:
|
Bertempat di kantor Redaksi Kompas pada Kamis 5 Oktober, berlangsung diskusi santai anak kedua Mohammad Adnan, penjual sate keturunan kiai kelahiran Cirebon 10 Maret 1941 ini, dibahas banyak hal, dan terutama kesenian (teater).
Dalam diskusi tersebut diungkap bahwa Tema kematian adalah salah satu dari tema-tema karya Arifin. Tema tentang kematian telah berulang-ulang dibahas dalam pementasan karyanya, antara lain, seperti pada Umang-umang Atawa Orkes Madun II: “Kita harus hidup artinya kita harus mati. Hidup membutuhkan mati. Alam memiliki suatu system manajemen dan organisasi yang paling sempurna. Dan alam selalu efisien akan segala hal”. Karya tersebut lahir setelah mendapat inspirasi setelah Arifin membaca berita di koran tentang keberhasilan cangkok jantung Prof. Christian Barnard. Menurutnya upaya manusia dalam menyembuhkan suatu penyakit sekaligus secara tidak disadari adalah untuk menghindari kematian itu sendiri.
Selain pada Umang-umang Orkes Madun II, bahasan tentang kematian juga pada Ozon Atawa Orkes Madun IV, mereka menemui tokoh Wiku dan Nini (pasangan ilmuan), untuk minta tanggung jawab karena tak mampu mati.
Terungkap sejak kecil Arifin lewat pengalaman pribadinya sering mengalami kehilangan orang-orang yang dicintainya seperti Ibu, ayah dan Kakek. Ibu dan Ayahnya meninggal sebelum usia 50 tahun. Akrab dengan kehidupan sering dihadapkan kematian orang-orang disekitarnya yang membuat ketertarikan akan tema-tema kematian dalam sebagian karyanya.
|
|
|
|
Kata Kunci
|
:
|
Kematian, Kehilangan, Arifin
|
Sumber
|
:
|
Kompas Minggu, 22 Oktober 1988
|
|
|
|
Dokumen Teks Lengkap
|
:
|
Catatan : Anda harus memiliki aplikasi pembaca
dokumen PDF untuk dapat membuka dokumen ini.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|