|
Detail Cantuman
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Judul
|
:
|
Dalam Gebrakan Anak Tukang Sate
|
Bahasa
|
:
|
ind
|
|
|
|
Abstrak
|
:
|
Sejak ditiupkan angin baru oleh Arifin C. Noer dan Rendra, perteateran Indonesia memasuki era kontenporer atau era postmodern. Prinsip-prinsip estitika dan puitika berbagai seni pertunjukan embrionya berasal dari mereka.
Walaupun kini Sang Maestro telah tiada, tetapi karyanya tetap akan selalu dikenang, dipentaskan dan sebagai bahan diskusi kalangan seniman hingga sekarang.
Almarhum Arifin, belajar seni drama secara otodidak, dari pergaulan dengan seniman berbagai etnis dan budaya, bahkan keluarganyapun bukan dari keluarga seniman yang shaleh dan taat beribadah. Sarjana Sosial Politik dari Universitas Cokroaminoto sejak kecil telah tampak bakat seninya dengan membuat gambar dekorasi panggung untuk pementasan adik dan teman-temannya. Juga bakat menyanyi dia tunjukan dengan memenangkan lomba menyanyi lagu seriosa di kota kelahirannya Cirebon. Kecemerlangan bakatnya terus berkembang seiring dengan bertambahnya usia, pada waktu SMA ikut bergabung dengan Himpunan Peminat Sastra Surakarta (HPPS). Mulailah tulisan-tulisannya terutama cerpen dan puisi mulai muncul di beberapa koran di Jakarta dan daerah. Mulailah masa ia dikenal sebagai “Penyair”.
Berangkat dari esensi teater tradisional yang sangat memberikan inprovisasi bagi pelakonnya, namun cara yang dilakukan Arifin dalam penggarapan naskah cukup unik. Ia baru menganggap naskah selesai bila telah selesai pementasan. Hal ini menempatkan ia bersama Rendra menjadi istimewa sebagai pendobrak kebekuan di perteateran di Indonesia.
|
|
|
|
Kata Kunci
|
:
|
Arifin, Universitas Cokroaminoto, Cirebon
|
Sumber
|
:
|
Republika, 1 Juni 1996
|
|
|
|
Dokumen Teks Lengkap
|
:
|
Catatan : Anda harus memiliki aplikasi pembaca
dokumen PDF untuk dapat membuka dokumen ini.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|